Virus Zika telah memicu kekhawatiran di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Disebutkan ada kaitan antara ibu hamil yang terinfeksi virus Zika dengan munculnya mikrosefali atau bayi lahir dengan diameter kepala yang lebih kecil.
Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi. Jenis nyamuk ini sama seperti nyamuk yang menyebarkan penyakit demam dengue dan chikungunya.
Adakah Vaksin untuk Virus Zika?
Laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) saat ini menyatakan bahwa belum ada temuan obat atau vaksin untuk mengendalikan wabah virus Zika. Para peneliti sedang fokus mencari vaksinasi yang tepat untuk virus ini, karena dinilai akan lebih efektif dalam mencegah kelainan yang terjadi dalam kehamilan dibandingkan dengan pengobatan antivirus.
Selain mencari vaksinasi, para peneliti juga tengah mencari cara untuk mendiagnosis virus ini dengan pemeriksaan darah. Para peneliti kesulitan untuk menemukan pemeriksaan diagnosis yang cepat, karena sulitnya menentukan siapa yang sedang sakit dan tidak sakit. Hal ini disebabkan karena gejala yang muncul pada penderita hanya sedikit, seperti nyeri kepala, demam, dan nyeri sendi – gejala tersebut sangat mirip dengan gejala infeksi virus lainnya seperti demam berdarah dengue atau virus influenza.
Maka, darah penderita yang positif terinfeksi virus Zika sangatlah penting untuk membantu menemukan vaksin hingga metode diagnosis.
Pemeriksaan Virus Zika yang Akurat
Pemeriksaan virus Zika yang paling akurat adalah dengan pemeriksaan materi genetik (RNA) virus dari darah pasien, ketika virus ini dapat ditemukan beberapa hari hingga satu minggu setelah gejala awal muncul. Pemeriksaan virus juga bisa ditemukan pada urine satu bulan setelah gejala muncul. Pemeriksaan lainnya adalah dengan pemeriksaan antibodi, namun hal ini juga cukup sulit karena antibodi dari virus Zika dapat tumpang-tindih dengan antibodi virus dengue.
Namun, berita baik baru-baru ini muncul dari para ahli virus di Jerman. Mereka menemukan alat yang bisa mendeteksi virus Zika, bahkan mendeteksi jumlah virus Zika pada darah serta materi genetik (DNA) dari virus Zika. Alat tersebut rencananya akan diedarkan dengan harga yang murah, namun pemeriksaannya harus dilakukan di laboratorium dengan syarat tertentu. Selain para ahli dari Jerman, para ahli mikrobiologi dari Brazil pun sedang mencari alat deteksi dini virus Zika yang lebih akurat.
HIngga saat ini, banyak sekali pertanyaan mengenai virus Zika yang masih belum terjawab. Karena itu, untuk sekarang kita dianjurkan untuk lebih waspada mengenai virus Zika serta membantu masyarakat sekitar untuk lebih memahami mengenai virus Zika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar